Matahari
mulai menampakkan cahayanya. Cahaya yang tak pernah absen menjalankan tugasnya
menerangi seluruh alam. Cahaya yang seolah menjadi penyemangat manusia untuk
memulai harinya. Begitupun aku.. Namaku adalah Nadia. Sekarang ini aku duduk di
kelas XII SMA. Hari ini tak begitu berbeda dengan hari - hari sebelumnya. Aku
bergegas berangkat ke sekolah dengan mengayuh sepeda merahmuda ku yang selalu
setia mengantarkanku.
Ketika
aku akan sampai di sekolah, tak sengaja aku menabrak seorang lelaki yang tak
asing lagi bagiku. Dialah Raffa. Sejak awal masuk SMA, aku sering sekali
memperhatikannya. Kenapa? Itu karna aku mengagumi sosoknya. Sosok yang baik
hati dan murah senyum. Namun aku hanya bisa sebatas mengaguminya tanpa berharap
lebih. Karena aku harus sadar diri, siapa aku, dan siapa Raffa. Bagaikan bumi
dan langit? Yaa, mungkin lebih tepatnya begitu. "Eh.. Raffa, maaf ya
maaf.. Aku gak sengaja. Maaf.." "Iya.. Gapapa kok. Aku juga yang salah soalnya gak hati -
hati" jawabnya. "Ngomong - ngomong, kenapa kamu buru - buru
lari?" "Iya soalnya mobilku lagi di service, jadinya aku mau naik
taksi." "Oh begitu, gimana kalau nebeng sama aku? Itupun kalau kamu
mau sih, hehe" ajakku. " Boleh, boleh! Aku bonceng ya?"
"Serius kamu mau naik sepeda?" "Iya lah! Kenapa nggak?"
Ku
kira Raffa akan menolak ajakanku dan lebih memilih untuk tetap menunggu taksi.
Akhirnya aku pun di bonceng olehnya. Bahagia? Tentu! Bahagiaaa sekali. Tapi
tetap saja aku tidak boleh larut dalam kebahagiaan sesaat ini.
Sesampainya
di sekolah, aku bertemu dengan Citra. Dialah wanita beruntung yang bisa
meluluhkan hati Raffa. Tapi sayangnya, dia meninggalkan Raffa begitu saja
setelah mereka berpacaran selama satu tahun. Melihat aku berboncengan dengan
Raffa, dia menatapku sinis. Mungkin menurutnya, betapa tak pantasnya aku,
seorang wanita biasa yang bisa dibonceng oleh lelaki tampan dan kaya seperti
Raffa.
"Udah
sampai nih.. Makasih ya atas tumpangannya" kata Raffa. "Iya sama -
sama.." "Yaudah aku mau langsung ke kelas dulu ya.." Tanpa
sengaja aku memegang lengannya saat dia akan ke kelas. Jantungku berdebar
kencang. "Eh.. Maaf, aku gak sengaja. Sebelum kamu mau ke kelas, aku mau
nanya sesuatu sama kamu.." "Tanya apa?" "Tadi pas lewat
gerbang sekolah, aku ketemu sama Citra." "Terus kenapa?"
"Aku gak enak sama dia." "Gak enak kenapa? Aku udah gak ada
hubungan sama dia. Udah santai aja!" jawabnya. "Oh gitu.."
"Iya, yaudah aku mau ke kelas dulu.. Ada urusan soalnya." Diapun
melangkahkan kakinya menuju ke kelas dan meninggalkan ku di tempat parkir.
***
Bel
pulangpun berbunyi. Aku langsung menuju tempat parkir untuk segera pulang. Tapi
dari kejauhan, aku melihat Raffa sedang berdiri di dekat sepedaku. Aku langsung
berlari ke arahnya. "Lho.. Raffa, kamu sedang apa disini?"
"Nungguin kamu.." (sambil tersenyum) "Nununununggin aku?"
jawabku gugup seakan tak percaya. "Iya, aku boleh nebeng kamu lagi kan?
Hehe.." "Iya boleh kok, boleh" jawabku.
Kembali
untuk kedua kalinya aku berboncengan dengannya. Selama perjalanan, aku tak
berani banyak bertanya - tanya padanya. Dialah yang memulai perbincangan. "Kamu
gak capek apa tiap hari naik sepeda kaya' gini?" "Capek? Nggak kok.
Malah sekalian olahraga." "Kalau gitu, aku harus sering - sering naik
sepeda nih kaya' nya biar sehat, hehe" candanya. "Hehe, iya boleh dicoba
itu" sahutku.
"Udah
sampai nih. Gak kerasa ya?" “Iya.."
jawabku. Dia menatapku sembari tersenyum. Hal itu membuatku salah tingkah, aku
langsung memutuskan bergegas untuk pamit. "Eh yaudah aku mau langsung aja.."
Dia menahanku dengan memegang tanganku "Eh tunggu.." "Ada
apa?" "Makasih ya.." dengan tersenyum, dia mengucapkan
terimakasih padaku. "Iya, sama - sama" Selama perjalanan pulang, aku
masih tak percaya apa yang telah aku alami hari ini. Bagaikan mimpi aku bisa
sedekat itu dengan Raffa.
***
Sejak
hari itu, Raffa mulai dekat dengan ku. Hampir setiap hari dia berangkat sekolah
bersama - sama denganku naik sepeda. Sampai pada akhirnya dia mengatakan
perasaannya padaku. Dia berkata padaku bahwa dia menyukaiku dan mengiginkan aku
menjadi pacarnya. "Kamu.. Kamu serius? Kamu lagi bercanda kan?"
tanyaku. "Aku gak bercanda! Aku serius" "Tapi.. Tapi maaf aku
gak bisa jawab sekarang. Aku butuh waktu" jawabku.
"Dia
menyukaiku? Gak mungkin! Gak mungkin seorang Raffa menyukai wanita biasa
sepertiku!" pikirku. Setiap kali Raffa ingin menemuiku, aku selalu
menghindar. Karena aku masih belum bisa memberi jawaban yang pasti padanya.
***
Selama
hampir dua minggu aku menghindar dari Raffa. Dan pada hari ini, aku
memberanikan diri untuk menemuinya dan mengatakan bahwa aku juga menyukainya.
"Raffa.." "Iya, ada apa?" "Aku mau ngomong
sesuatu." "Mau ngomong apa?" "Aku.. Aku.. Aku mau jadi
pacar kamu. Aku juga suka sama kamu" Raffa tak berkata apa - apa. Dia
hanya tersenyum. Lalu tiba - tiba Citra menghampiri kami dan langsung
menggandeng tangan Raffa tepat didepan mataku. "Hai Nad.." sapa
Citra. "Maaf ya Nad.. Aku udah balikan sama Citra. Selama ini kamu
menghindar dari aku, aku kira kamu gak akan mau jadi pacar aku. Jadi.. "
belum sempat Raffa selesai berbicara, aku langsung lari meninggalkan mereka.
***
"Terlalu sadis caramu. Menjadikan diriku.
Pelampiasan cintamu. Agar dia kembali padamu. Tanpa peduli sakitnya aku. Tega
niannya caramu. Menyingkirkan diriku. Dari percintaan ini. Agar dia kembali
padamu. Tanpa peduli sakitnya aku. " Sepenggal lirik lagu yang
menggambarkan perasaan ku saat ini yang selalu ku putar berulang - ulang. Aku
tidak menyangka ternyata Raffa bisa setega itu. Aku kira dia benar - benar
menyukaiku.
Semenjak kejadian
itu, aku sering tidak fokus belajar. Aku tidak tau harus bagaimana. Sampai pada
akhirnya, aku sadar, aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Aku harus fokus
pada studiku. Aku harus fokus pada Ujian Nasional yang kurang beberapa minggu
lagi.