Karya:
Ima T. Lestari
Novel
ini mengisahkan tentang persahabatan tiga anak manusia yang berasal dari pulau Dewata,
yaitu Noura, Alika, dan Gugun. Mereka bertiga memiliki sifat dan keyakinan yang
berbeda. Mulai dari Noura Salsabila yang seorang muslim, ia adalah sosok yang
suka berbuat kehebohan serta keonaran dan sering sekali melakukan perbuatan
secara spontan yang ujung-ujungnya membuat dirinya malu sendiri. Noura adalah
anak dari seorang mandor yang sangat mengharapkan agar suatu saat nanti
putrinya itu bisa menjadi seorang arsitek. Itulah sebabnya, mengapa ia memilih
Jurusan Arsitektur saat ia masuk kuliah.
Lalu ada Alika. Berbeda dengan Noura, Alika termasuk
pribadi yang kelem, tenang, dan sangat lembut. Pada saat kuliah, ia memilih
masuk Fakultas Sastra demi meraih cita-citanya menjadi seorang pustakawati. Alika
adalah anak pindahan dari Kalimantan. Ia hidup ditengah keluarga yang memiliki
perbedaan keyakinan, yaitu ayahnya yang seorang polisi memeluk agama Hindu. Dan
ibunya memeluk agama Nasrani. Sementara Alika sendiri adalah pemeluk agama
Hindu.
Yang terakhir adalah Gugun, memiliki nama asli Gunawan.
Tubuhnya yang tinggi dan berkulit putih susu, serta bermata sipit menunjukkan
bahwa Gugun adalah keturunan Tioghoa dan memeluk agama Konghucu. Ia dibesarkan
dalam keluarga yang memiliki usaha dagang, sama seperti kebanyakan orang
Tionghoa pada umumnya. Gugun berkuliah dikampus yang sama dengan Noura, hanya
saja ia mengambil Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang sebenarnya itu
bukan impiannya. Hal itu ia lakukan tak lebih karena bujuk rayu Noura yang
menginginkan agar Gugun satu kampus dengannya.
***
Permasalahan mulai muncul saat terjadi tragedi bom Bali
pada 12 Oktober 2002 yang merenggut banyak korban jiwa. Pelakunya adalah sekelompok orang yang
mengatasnamakan agama dan Tuhan untuk membenarkan aksi-aksi yang mereka lakukan.
Akibat dari insiden itu, Noura mulai resah dengan agama yang dianutnya. Ia
mulai meragukan apakah benar Tuhan nya menyuruh melakukan tindakan brutal
seperti itu?
Ditengah keresahannya itu, Noura pun bertemu dengan Pak
Putra, salah satu dosen dikampusnya yang juga seorang muslim. Noura
menceritakan segala keluh kesahnya pada pak Putra. Dan ia mencoba menjelaskan
semuanya pada Noura dengan hati-hati. Noura pun mendapat jawaban bahwa ternyata
apa yang selama ini ia pikirkan adalah sebuah kesalahan besar. Pak Putra banyak
memberikan penjelasan tentang Islam pada Noura, termasuk dalam keputusannya
untuk memakai hijab. Noura mulai berkomitmen untuk menjadi wanita muslimah
seutuhnya.
Masalah juga mulai datang pada kedua sahabat Noura, yaitu
Alika dan Gugun. Alika yang hidup dalam keluarga yang berbeda keyakinan mulai
merasakan hal yang aneh pada dirinya. Tepatnya saat ia diajak oleh sang ibu pergi
ke gereja untuk menghadiri sebuah seminar. Didalam gereja, Alika merasakan
ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sampai pada akhirnya ia
memutuskan untuk dibaptis dan berpindah keyakinan menjadi pemeluk agama
Nasrani.
Alika menyadari bahwa keputusannya itu banyak menimbulkan
kekecewaan dari orang-orang terdekatnya. Tapi, hatinya benar-benar tidak bisa
dibohongi. Alika sudah terlanjur jatuh cinta tanpa bisa melawan dan telah
memilih kehendaknya sendiri. Ia tak mau jadi orang menyedihkan yang sembunyi
dibalik topeng kepura-puraan.
Sementara Gugun mempunyai masalah yang tidak serumit
Noura dan Alika. Masalah Gugun adalah kasih tak sampai yang dipendamnya selama
bertahun-tahun pada Saras, temannya dari TK. Gugun tak pernah berani
mengungkapkan perasaannya pada Saras. Ia selalu berkata bahwa ia akan
mengungkapkannya pada saat yang tepat. Meskipun ia sendiri tak pernah tau kapan
saat itu tiba.
***
Ditengah-tengah jadwal kuliahnya yang padat, ternyata
masalah lain muncul pada Noura. Ayahnya meminta Noura agar bekerja dikantor
milik bosnya. Noura sebenarnya keberatan dengan hal itu, namun demi kebahagiaan
sang ayah Noura mau melakukannya. Setelah beberapa minggu bekerja, tugas kuliah
Noura mulai tidak terurus dan berantakan. Ia mulai lelah dengan kedaan itu, dan
memutuskan untuk berhenti bekerja. Namun ia tak berani mengatakan hal itu pada
ayahnya.
Hari itu Noura mengajak kedua sahabatnya pergi ke luar
kota Denpasar, tepatnya didaerah Ketewel Gianyar. Disana mereka bertiga asyik
mengobrol sambil duduk dan bermain pasir ditepi pantai. Awalnya mereka
berbincang-bincang hangat, sampai pada akhirnya Gugun sedikit kesal dengan
Noura yang mengejek dirinya karena ia sampai sekarang tak berani berkata jujur
pada Saras.
Noura yang tersulut emosinya pun memberi tantangan pada
Gugun. Ia menantang Gugun untuk berani jujur pada Saras tentang perasaannya
selama ini. Begitu juga dengan Gugun, ia menantang balik Noura agar ia berani
berkata pada ayahnya dan mengambil keputusan untuk berhenti bekerja.
Gugun yang sudah terlanjur menerima tantangan Noura
akhirnya memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Saras yang sedang ada di
Bandung via telepon. Hatinya berdegup tak karuan. Telapak tangannya pun mulai
berkeringat. Bahkan, ia hampir saja menjatuhkan handphone yang ada dalam genggamannya. Setelah telepon itu
tersambung pada Saras, Gugun mengatakan semuanya. Ia jujur mengakui bahwa ia
menyukai bahkan mencintai Saras.
Gugun jujur mengakui bahwa ia telah memendam perasaannya
sejak mereka masih satu TK. Selama ini, Gugun hanya bisa diam karena takut jika
Saras akan menolaknya dan akan menjauh karena menganggap Gugun akan merusak
pertemanan yang telah mereka jalin selama ini.
Semenit berlalu, awalnya tak ada tanggapan dari Saras.
Hanya hening yang Gugun rasakan. Sampai Saras mengatakan maaf ke Gugun yang
menandakan bahwa cinta Gugun bertepuk sebelah tangan. Gugun mengakhiri
percakapan itu. Tak ada rasa sedih dalam dirinya, karena dia menyadari bahwa
dia harus memulai untuk membuka hati dan mencintai wanita lain.
***
Noura yang mengetahui bahwa Gugun telah melakukan
tantangannya merasa kaget. Ia tidak menyangka bahwa temannya itu bisa
menyelesaikan tantangan lebih dulu. Malam itu, ayah Noura sedang duduk di sofa
ruang tamu sembari menyandarkan punggungnya dan mencoba memejamkan mata.
Melihat sosok sang ayah yang kelelahan dimakan usia,
tiba-tiba setitik air mata jatuh membasahi pipi Noura. Ia merasa tak tega untuk
mengatakan bahwa ia tidak bisa menjadi seperti apa yang ayahnya inginkan.
Tiba-tiba, pintu kamar Noura diketuk seseorang yang ternyata ayahnya. Mereka
duduk dikasur kamar Noura dan memulai perbicangan kecil.
Awalnya, sang ayah bertanya pada Noura tentang
pekerjaannya. Namun Noura hanya bisa menangis dan berkata “Maaf ya, Pak.”.
Noura tak mampu lagi membendung segala perasaannya. Air matanya terus mengalir
tanpa henti. Ayahnya hanya diam, hanya melihat Noura menangis kemudian menarik
napas panjang sembari berkata “Sederhana, Ra. Bapak cuma mau kamu bahagia.”
Mendengar perkataan ayahnya, Noura menyesali
perbuatannya. Ia merasa bahwa ia adalah anak yang jahat. Tapi dibalik itu
semua, Noura justru bahagia karena terbebas dari segala beban yang selama ini
dipikulnya. Noura merasa bangga memiliki seorang ayah yang mempunyai cinta yang
sempurna untuk dirinya.
***
Akhirnya,
Noura dan Gugun sama-sama telah menyelesaikan tantangan masing-masing. Mereka
membuat janji untuk berkumpul disebuah restoran. Noura dan Gugun benar-benar
merasa lega. Begitu juga dengan Alika yang senang melihat kedua sahabatnya itu
bahagia.
Setelah tujuh tahun berlalu, Alika berhasil mendirikan
sebuah toko buku miliknya sendiri. Meskipun ia tak berhasil menjadi seorang
pustakawati, tapi ia tetap kekeuh mewujudkan
mimpinya. Sekarang, Alika tidak hanya bisa membaca buku setiap hari, tapi juga
memiliki seluruh buku yang ada ditokonya tersebut.
Toko buku itu banyak menggunakan warna-warni kayu pada
interiornya. Beberapa rak bukunya memiliki bentuk yang unik sehingga menarik
untuk dilihat. Beberapa sofa berwarna merah menyala terlihat begitu kontras
mengisi sudut-sudut ruangan. Itulah toko buku hasil rancangan Noura.
Semenjak berhenti kerja, Noura mulai menulis beberapa
novel dan aktif mengikuti lomba-lomba menulis. Meskipun gaji yang ia dapat dari
pekerjaannya itu tidak bisa memberi kehidupan yang mewah, tapi Noura bahagia
melakukannya.
Tak beda jauh dengan kedua sahabatnya yang sedang
berbahagia, nampaknya Gugun juga meraskan hal yang sama. Saat menghadiri Grand Opening toko buku Alika, Gugun
datang dengan menggandeng seorang wanita cantik yang sangat serasi dengannya.
Dia manis dan memiliki kulit yang tak kalah putih dengan Gugun. Rambutnya
hitam, panjang, dan digerai hingga menutupi punggungnya. Dialah Vivian.
Nampaknya, dia adalah wanita beruntung yang dapat meluluhkan hati Gugun setelah
lama membeku karena Saras.
Selanjutnya, mereka mengobrol dan tertawa lepas bersama.
Mereka tau mereka berbeda, mereka memiliki keyakinan, keinginan, serta masalah
yang berbeda. Tapi mereka lebih tau, bahwa perbedaan itulah yang justru
menyatukan mereka. Mereka membiarkan perbedaan itu begitu jelas, begitu terasa,
tanpa perlu ditutupi. Karena perbedaan membuat mereka belajar untuk saling
menghargai dan menghormati.
0 komentar:
Posting Komentar