Rabu, 04 Maret 2015

SADIS



Matahari mulai menampakkan cahayanya. Cahaya yang tak pernah absen menjalankan tugasnya menerangi seluruh alam. Cahaya yang seolah menjadi penyemangat manusia untuk memulai harinya. Begitupun aku.. Namaku adalah Nadia. Sekarang ini aku duduk di kelas XII SMA. Hari ini tak begitu berbeda dengan hari - hari sebelumnya. Aku bergegas berangkat ke sekolah dengan mengayuh sepeda merahmuda ku yang selalu setia mengantarkanku.
Ketika aku akan sampai di sekolah, tak sengaja aku menabrak seorang lelaki yang tak asing lagi bagiku. Dialah Raffa. Sejak awal masuk SMA, aku sering sekali memperhatikannya. Kenapa? Itu karna aku mengagumi sosoknya. Sosok yang baik hati dan murah senyum. Namun aku hanya bisa sebatas mengaguminya tanpa berharap lebih. Karena aku harus sadar diri, siapa aku, dan siapa Raffa. Bagaikan bumi dan langit? Yaa, mungkin lebih tepatnya begitu. "Eh.. Raffa, maaf ya maaf.. Aku gak sengaja. Maaf.." "Iya.. Gapapa kok.  Aku juga yang salah soalnya gak hati - hati" jawabnya. "Ngomong - ngomong, kenapa kamu buru - buru lari?" "Iya soalnya mobilku lagi di service, jadinya aku mau naik taksi." "Oh begitu, gimana kalau nebeng sama aku? Itupun kalau kamu mau sih, hehe" ajakku. " Boleh, boleh! Aku bonceng ya?" "Serius kamu mau naik sepeda?" "Iya lah! Kenapa nggak?"
Ku kira Raffa akan menolak ajakanku dan lebih memilih untuk tetap menunggu taksi. Akhirnya aku pun di bonceng olehnya. Bahagia? Tentu! Bahagiaaa sekali. Tapi tetap saja aku tidak boleh larut dalam kebahagiaan sesaat ini.
Sesampainya di sekolah, aku bertemu dengan Citra. Dialah wanita beruntung yang bisa meluluhkan hati Raffa. Tapi sayangnya, dia meninggalkan Raffa begitu saja setelah mereka berpacaran selama satu tahun. Melihat aku berboncengan dengan Raffa, dia menatapku sinis. Mungkin menurutnya, betapa tak pantasnya aku, seorang wanita biasa yang bisa dibonceng oleh lelaki tampan dan kaya seperti Raffa.
"Udah sampai nih.. Makasih ya atas tumpangannya" kata Raffa. "Iya sama - sama.." "Yaudah aku mau langsung ke kelas dulu ya.." Tanpa sengaja aku memegang lengannya saat dia akan ke kelas. Jantungku berdebar kencang. "Eh.. Maaf, aku gak sengaja. Sebelum kamu mau ke kelas, aku mau nanya sesuatu sama kamu.." "Tanya apa?" "Tadi pas lewat gerbang sekolah, aku ketemu sama Citra." "Terus kenapa?" "Aku gak enak sama dia." "Gak enak kenapa? Aku udah gak ada hubungan sama dia. Udah santai aja!" jawabnya. "Oh gitu.." "Iya, yaudah aku mau ke kelas dulu.. Ada urusan soalnya." Diapun melangkahkan kakinya menuju ke kelas dan meninggalkan ku di tempat parkir.
***
Bel pulangpun berbunyi. Aku langsung menuju tempat parkir untuk segera pulang. Tapi dari kejauhan, aku melihat Raffa sedang berdiri di dekat sepedaku. Aku langsung berlari ke arahnya. "Lho.. Raffa, kamu sedang apa disini?" "Nungguin kamu.." (sambil tersenyum) "Nununununggin aku?" jawabku gugup seakan tak percaya. "Iya, aku boleh nebeng kamu lagi kan? Hehe.." "Iya boleh kok, boleh" jawabku.
Kembali untuk kedua kalinya aku berboncengan dengannya. Selama perjalanan, aku tak berani banyak bertanya - tanya padanya. Dialah yang memulai perbincangan. "Kamu gak capek apa tiap hari naik sepeda kaya' gini?" "Capek? Nggak kok. Malah sekalian olahraga." "Kalau gitu, aku harus sering - sering naik sepeda nih kaya' nya biar sehat, hehe" candanya. "Hehe, iya boleh dicoba itu" sahutku.
"Udah sampai nih. Gak kerasa ya?"  “Iya.." jawabku. Dia menatapku sembari tersenyum. Hal itu membuatku salah tingkah, aku langsung memutuskan bergegas untuk pamit. "Eh yaudah aku mau langsung aja.." Dia menahanku dengan memegang tanganku "Eh tunggu.." "Ada apa?" "Makasih ya.." dengan tersenyum, dia mengucapkan terimakasih padaku. "Iya, sama - sama" Selama perjalanan pulang, aku masih tak percaya apa yang telah aku alami hari ini. Bagaikan mimpi aku bisa sedekat itu dengan Raffa.
***
Sejak hari itu, Raffa mulai dekat dengan ku. Hampir setiap hari dia berangkat sekolah bersama - sama denganku naik sepeda. Sampai pada akhirnya dia mengatakan perasaannya padaku. Dia berkata padaku bahwa dia menyukaiku dan mengiginkan aku menjadi pacarnya. "Kamu.. Kamu serius? Kamu lagi bercanda kan?" tanyaku. "Aku gak bercanda! Aku serius" "Tapi.. Tapi maaf aku gak bisa jawab sekarang. Aku butuh waktu" jawabku.
"Dia menyukaiku? Gak mungkin! Gak mungkin seorang Raffa menyukai wanita biasa sepertiku!" pikirku. Setiap kali Raffa ingin menemuiku, aku selalu menghindar. Karena aku masih belum bisa memberi jawaban yang pasti padanya.
***
Selama hampir dua minggu aku menghindar dari Raffa. Dan pada hari ini, aku memberanikan diri untuk menemuinya dan mengatakan bahwa aku juga menyukainya. "Raffa.." "Iya, ada apa?" "Aku mau ngomong sesuatu." "Mau ngomong apa?" "Aku.. Aku.. Aku mau jadi pacar kamu. Aku juga suka sama kamu" Raffa tak berkata apa - apa. Dia hanya tersenyum. Lalu tiba - tiba Citra menghampiri kami dan langsung menggandeng tangan Raffa tepat didepan mataku. "Hai Nad.." sapa Citra. "Maaf ya Nad.. Aku udah balikan sama Citra. Selama ini kamu menghindar dari aku, aku kira kamu gak akan mau jadi pacar aku. Jadi.. " belum sempat Raffa selesai berbicara, aku langsung lari meninggalkan mereka.
***
"Terlalu sadis caramu. Menjadikan diriku. Pelampiasan cintamu. Agar dia kembali padamu. Tanpa peduli sakitnya aku. Tega niannya caramu. Menyingkirkan diriku. Dari percintaan ini. Agar dia kembali padamu. Tanpa peduli sakitnya aku. " Sepenggal lirik lagu yang menggambarkan perasaan ku saat ini yang selalu ku putar berulang - ulang. Aku tidak menyangka ternyata Raffa bisa setega itu. Aku kira dia benar - benar menyukaiku.
Semenjak kejadian itu, aku sering tidak fokus belajar. Aku tidak tau harus bagaimana. Sampai pada akhirnya, aku sadar, aku tidak boleh larut dalam kesedihan. Aku harus fokus pada studiku. Aku harus fokus pada Ujian Nasional yang kurang beberapa minggu lagi.

SINOPSIS NOVEL DIFFERENT “ KETIKA PERBEDAAN BUKAN SEBUAH PENGHALANG “



Karya: Ima T. Lestari
                Novel ini mengisahkan tentang persahabatan tiga anak manusia yang berasal dari pulau Dewata, yaitu Noura, Alika, dan Gugun. Mereka bertiga memiliki sifat dan keyakinan yang berbeda. Mulai dari Noura Salsabila yang seorang muslim, ia adalah sosok yang suka berbuat kehebohan serta keonaran dan sering sekali melakukan perbuatan secara spontan yang ujung-ujungnya membuat dirinya malu sendiri. Noura adalah anak dari seorang mandor yang sangat mengharapkan agar suatu saat nanti putrinya itu bisa menjadi seorang arsitek. Itulah sebabnya, mengapa ia memilih Jurusan Arsitektur saat ia masuk kuliah.
            Lalu ada Alika. Berbeda dengan Noura, Alika termasuk pribadi yang kelem, tenang, dan sangat lembut. Pada saat kuliah, ia memilih masuk Fakultas Sastra demi meraih cita-citanya menjadi seorang pustakawati. Alika adalah anak pindahan dari Kalimantan. Ia hidup ditengah keluarga yang memiliki perbedaan keyakinan, yaitu ayahnya yang seorang polisi memeluk agama Hindu. Dan ibunya memeluk agama Nasrani. Sementara Alika sendiri adalah pemeluk agama Hindu.
            Yang terakhir adalah Gugun, memiliki nama asli Gunawan. Tubuhnya yang tinggi dan berkulit putih susu, serta bermata sipit menunjukkan bahwa Gugun adalah keturunan Tioghoa dan memeluk agama Konghucu. Ia dibesarkan dalam keluarga yang memiliki usaha dagang, sama seperti kebanyakan orang Tionghoa pada umumnya. Gugun berkuliah dikampus yang sama dengan Noura, hanya saja ia mengambil Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) yang sebenarnya itu bukan impiannya. Hal itu ia lakukan tak lebih karena bujuk rayu Noura yang menginginkan agar Gugun satu kampus dengannya.
***
            Permasalahan mulai muncul saat terjadi tragedi bom Bali pada 12 Oktober 2002 yang merenggut banyak korban jiwa.  Pelakunya adalah sekelompok orang yang mengatasnamakan agama dan Tuhan untuk membenarkan aksi-aksi yang mereka lakukan. Akibat dari insiden itu, Noura mulai resah dengan agama yang dianutnya. Ia mulai meragukan apakah benar Tuhan nya menyuruh melakukan tindakan brutal seperti itu?
            Ditengah keresahannya itu, Noura pun bertemu dengan Pak Putra, salah satu dosen dikampusnya yang juga seorang muslim. Noura menceritakan segala keluh kesahnya pada pak Putra. Dan ia mencoba menjelaskan semuanya pada Noura dengan hati-hati. Noura pun mendapat jawaban bahwa ternyata apa yang selama ini ia pikirkan adalah sebuah kesalahan besar. Pak Putra banyak memberikan penjelasan tentang Islam pada Noura, termasuk dalam keputusannya untuk memakai hijab. Noura mulai berkomitmen untuk menjadi wanita muslimah seutuhnya.
            Masalah juga mulai datang pada kedua sahabat Noura, yaitu Alika dan Gugun. Alika yang hidup dalam keluarga yang berbeda keyakinan mulai merasakan hal yang aneh pada dirinya. Tepatnya saat ia diajak oleh sang ibu pergi ke gereja untuk menghadiri sebuah seminar. Didalam gereja, Alika merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk dibaptis dan berpindah keyakinan menjadi pemeluk agama Nasrani.
            Alika menyadari bahwa keputusannya itu banyak menimbulkan kekecewaan dari orang-orang terdekatnya. Tapi, hatinya benar-benar tidak bisa dibohongi. Alika sudah terlanjur jatuh cinta tanpa bisa melawan dan telah memilih kehendaknya sendiri. Ia tak mau jadi orang menyedihkan yang sembunyi dibalik topeng kepura-puraan.
            Sementara Gugun mempunyai masalah yang tidak serumit Noura dan Alika. Masalah Gugun adalah kasih tak sampai yang dipendamnya selama bertahun-tahun pada Saras, temannya dari TK. Gugun tak pernah berani mengungkapkan perasaannya pada Saras. Ia selalu berkata bahwa ia akan mengungkapkannya pada saat yang tepat. Meskipun ia sendiri tak pernah tau kapan saat itu tiba.
***
            Ditengah-tengah jadwal kuliahnya yang padat, ternyata masalah lain muncul pada Noura. Ayahnya meminta Noura agar bekerja dikantor milik bosnya. Noura sebenarnya keberatan dengan hal itu, namun demi kebahagiaan sang ayah Noura mau melakukannya. Setelah beberapa minggu bekerja, tugas kuliah Noura mulai tidak terurus dan berantakan. Ia mulai lelah dengan kedaan itu, dan memutuskan untuk berhenti bekerja. Namun ia tak berani mengatakan hal itu pada ayahnya.
            Hari itu Noura mengajak kedua sahabatnya pergi ke luar kota Denpasar, tepatnya didaerah Ketewel Gianyar. Disana mereka bertiga asyik mengobrol sambil duduk dan bermain pasir ditepi pantai. Awalnya mereka berbincang-bincang hangat, sampai pada akhirnya Gugun sedikit kesal dengan Noura yang mengejek dirinya karena ia sampai sekarang tak berani berkata jujur pada Saras.
            Noura yang tersulut emosinya pun memberi tantangan pada Gugun. Ia menantang Gugun untuk berani jujur pada Saras tentang perasaannya selama ini. Begitu juga dengan Gugun, ia menantang balik Noura agar ia berani berkata pada ayahnya dan mengambil keputusan untuk berhenti bekerja.
            Gugun yang sudah terlanjur menerima tantangan Noura akhirnya memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Saras yang sedang ada di Bandung via telepon. Hatinya berdegup tak karuan. Telapak tangannya pun mulai berkeringat. Bahkan, ia hampir saja menjatuhkan handphone yang ada dalam genggamannya. Setelah telepon itu tersambung pada Saras, Gugun mengatakan semuanya. Ia jujur mengakui bahwa ia menyukai bahkan mencintai Saras.
            Gugun jujur mengakui bahwa ia telah memendam perasaannya sejak mereka masih satu TK. Selama ini, Gugun hanya bisa diam karena takut jika Saras akan menolaknya dan akan menjauh karena menganggap Gugun akan merusak pertemanan yang telah mereka jalin selama ini. 
            Semenit berlalu, awalnya tak ada tanggapan dari Saras. Hanya hening yang Gugun rasakan. Sampai Saras mengatakan maaf ke Gugun yang menandakan bahwa cinta Gugun bertepuk sebelah tangan. Gugun mengakhiri percakapan itu. Tak ada rasa sedih dalam dirinya, karena dia menyadari bahwa dia harus memulai untuk membuka hati dan mencintai wanita lain.
***
            Noura yang mengetahui bahwa Gugun telah melakukan tantangannya merasa kaget. Ia tidak menyangka bahwa temannya itu bisa menyelesaikan tantangan lebih dulu. Malam itu, ayah Noura sedang duduk di sofa ruang tamu sembari menyandarkan punggungnya dan mencoba memejamkan mata.
            Melihat sosok sang ayah yang kelelahan dimakan usia, tiba-tiba setitik air mata jatuh membasahi pipi Noura. Ia merasa tak tega untuk mengatakan bahwa ia tidak bisa menjadi seperti apa yang ayahnya inginkan. Tiba-tiba, pintu kamar Noura diketuk seseorang yang ternyata ayahnya. Mereka duduk dikasur kamar Noura dan memulai perbicangan kecil.
            Awalnya, sang ayah bertanya pada Noura tentang pekerjaannya. Namun Noura hanya bisa menangis dan berkata “Maaf ya, Pak.”. Noura tak mampu lagi membendung segala perasaannya. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Ayahnya hanya diam, hanya melihat Noura menangis kemudian menarik napas panjang sembari berkata “Sederhana, Ra. Bapak cuma mau kamu bahagia.”
            Mendengar perkataan ayahnya, Noura menyesali perbuatannya. Ia merasa bahwa ia adalah anak yang jahat. Tapi dibalik itu semua, Noura justru bahagia karena terbebas dari segala beban yang selama ini dipikulnya. Noura merasa bangga memiliki seorang ayah yang mempunyai cinta yang sempurna untuk dirinya.
***
Akhirnya, Noura dan Gugun sama-sama telah menyelesaikan tantangan masing-masing. Mereka membuat janji untuk berkumpul disebuah restoran. Noura dan Gugun benar-benar merasa lega. Begitu juga dengan Alika yang senang melihat kedua sahabatnya itu bahagia.
            Setelah tujuh tahun berlalu, Alika berhasil mendirikan sebuah toko buku miliknya sendiri. Meskipun ia tak berhasil menjadi seorang pustakawati, tapi ia tetap kekeuh mewujudkan mimpinya. Sekarang, Alika tidak hanya bisa membaca buku setiap hari, tapi juga memiliki seluruh buku yang ada ditokonya tersebut.
            Toko buku itu banyak menggunakan warna-warni kayu pada interiornya. Beberapa rak bukunya memiliki bentuk yang unik sehingga menarik untuk dilihat. Beberapa sofa berwarna merah menyala terlihat begitu kontras mengisi sudut-sudut ruangan. Itulah toko buku hasil rancangan Noura.
            Semenjak berhenti kerja, Noura mulai menulis beberapa novel dan aktif mengikuti lomba-lomba menulis. Meskipun gaji yang ia dapat dari pekerjaannya itu tidak bisa memberi kehidupan yang mewah, tapi Noura bahagia melakukannya.
            Tak beda jauh dengan kedua sahabatnya yang sedang berbahagia, nampaknya Gugun juga meraskan hal yang sama. Saat menghadiri Grand Opening toko buku Alika, Gugun datang dengan menggandeng seorang wanita cantik yang sangat serasi dengannya. Dia manis dan memiliki kulit yang tak kalah putih dengan Gugun. Rambutnya hitam, panjang, dan digerai hingga menutupi punggungnya. Dialah Vivian. Nampaknya, dia adalah wanita beruntung yang dapat meluluhkan hati Gugun setelah lama membeku karena Saras.
            Selanjutnya, mereka mengobrol dan tertawa lepas bersama. Mereka tau mereka berbeda, mereka memiliki keyakinan, keinginan, serta masalah yang berbeda. Tapi mereka lebih tau, bahwa perbedaan itulah yang justru menyatukan mereka. Mereka membiarkan perbedaan itu begitu jelas, begitu terasa, tanpa perlu ditutupi. Karena perbedaan membuat mereka belajar untuk saling menghargai dan menghormati.
 

secret diary Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang